Jembatan Asteroid

tantangan @KampusFiksi: #DongengSains

sampit - minggu, 141026

.
“Kenapa kamu lebih memilih buat mengejar apa yang ada di galaksi lain daripada bersama dengan satu-satunya orang yang ada di sini denganmu?”

“Mmm,” Vyda berucap santai dengan jemari yang diketukkan di bidang kosong di antara petak-petak tombol merah dan silver yang ada di mejanya. Phobos melintas di langit yang terbentang di jendela pondok Vyda, sesaat Galeev berpikir apakah dia bbisa mengambil itu untuk menghadiahkannya pada Vyda. Hanya agar gadis itu mengerti bahwa membawakan satelit untuk dia pun terasa ringan bagi Galeev.
“Jawab saja, Vy.”
“Semua hanya karena aku tidak bisa memaksakan perasaan,” dia mengangkat bahu lalu mendongak dan tersenyum pada Galeev, “Mau bergabung bersamaku? Mungkin kita bisa menemukan mantan penduduk bumi yang cocok untukmu di Andromeda.”
Dua hal yang disimpulkan dan dapat dipastikan Galeev: Vyda paham perasaannya dan berpikir bahwa dirinya akan berpindah ke lain hati ketika kembali bertemu manusia lain. Tetapi, tidak untuk Galeev, karena dia rasa bahkan jika dia datang ke galaksi terjauh sekalipun dan menemukan manusia dengan gen terbaik di sana, dia akan tetap jatuh cinta pada satu orang: Vyda.
#
Sekali lagi Galeev memukul mesin di bawah monitornya, berharap keajaiban pukulan bisa mengalahkan semua tipe logika dan membuat mesin pesawatnya berfungsi lagi. Hidup sendirian selama tiga minggu waktu setempat di Jupiter setelah terpisah dari rombongan sisa orang-orang Bumi yang pindah ke Andromeda sudah membuatnya bosan.
Mungkin memang harus menyerah, begitu kata si sisi pesimis. Mungkin harus mencoba berusaha memperbaiki lagi setelah beristirahat dan berkeliling menikmati bagaimana susunan konstelasi terlihat melalui Jupiter—yang mana dia sudah bosan melakukannya dari Bumi—begitu kata sisi optimis. Tetapi Galeev sudah tahu sisi mana yang akan menang. Terlalu mudah menilik jawabannya jika melihat dari raut keputusasaannya yang tak hilang sejak dua hari lalu.
Monitor tiba-tiba menyala ketika dia akan keluar dari pesawan. Ada bunyi seperti radio yang rusak sesaat, lalu garis hitam-putih muncul, yang akhirnya bergerak untuk memperlihatkan wajah Ursa, abang angkatnya.
“Gal, kamu di mana?”
“... Kabar buruk, aku yerpisah, tersesat, pesawatku rusak, lalu kabar baiknya, ada Jupiter yang bersedia menampungku.”
“Wah, turut berduka—”
“Itu ucapan terbaik yang kuterima hari ini, Ursa, dan terima kasih sudah menjadi manusia pertama yang berbicara denganku pagi ini, pagi waktu Jupiter. Apa kabar Andromeda?”
“Baik, baik sekali. Sembilan puluh sembilan persen baik, satu persennya kurang karena kamu tidak bersama kami.”
“Oh, senang mendengarnya,” dengus Galeev. “Ajaib kalau ternyata sistem komunikasiku masih bisa berjalan. Sekarang, apakah sistem komunikasi ini bisa diubah dari yang awalnya hanya bisa mengirim gelombang elektromagnetik menjadi bisa mengirim diriku ke Andromeda?”
“Aku belum tahu soal itu, Gal, tapi kurasa aku bisa mengabarkan sesuatu yang baik untukmu, mungkin kamu tidak perlu terlalu bersedih karenanya.”
“Apa? Apakah kamu akan mengirimi pesawat tanpa awak untuk menjemputku?”
“Sayangnya, pesawat-pesawat yang dipakai manusia untuk ke sini semuanya mengalami kerusakan. Yeah, perjalanan jauh dengan kecepatan cahaya ini ternyata benar-benar punya efek samping besar. Untung semuanya selamat. Butuh beberapa waktu untuk memperbaiki itu, terutama mesin pendorong berkecepatan cahayanya. Baik, langsung ke topik. Vyda juga hilang dari rombongan. Tadi kami berusaha melacaknya, lalu menemukan dan berhasil menghubunginya. Dia sedang berada di Mars, mengalami kerusakan yang hampir sama denganmu. Dan kamu bisa menyimpulkan beberapa hal tentang ini.”
Vyda, cinta-sembilan-tahunnya.
Galeev terdiam sesaat. Mars dan Jupiter tidak sejauh Bimasakti dengan Andromeda. Setidaknya, dia masih bisa membangun jembatan. Oh, galaksi yang hanya berisi dia dan Vyda. Tidak jadi mengecap atmosfer Andromeda juga tidak apa-apa, asalkan dia punya dunia hanya bersama Vyda. Dia rela membangun apapun di dalamnya, bahkan mungkin menyatukan Phobos dan Deimos untuk membuat miniatur atau tiruan bumi, agar mereka bisa punya banyak pondok di dunia luas mereka sendiri. Dia tidak terlalu peduli apakah Vyda bersedia menjadikan Bimasakti milik mereka berdua atau tidak.
#
Meski lebih dekat daripada Andromeda, Mars tetap jauh untuk hitungan berjalan kaki, seandainya jarak itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Masalah utama adalah—berpijak di mana?
Jikalau mencoba untuk membiarkan diri melayang dengan sisa tabung oksigen yang ada, mungkin masih bisa mencapai Mars, tetapi kemungkinannya teramat kecil. Bisa-bisa melayang ke planet lain atau malah terbawa komet ke gugus nebula nan jauh. Salahkan ruang hampa yang tidak bisa direnangi seperti di dalam air atau dipijak seperti di atas planet.
Jadi hal itu yang mengisi pikiran Galeev, menggeser fokus kesedihannya atas kerusakan pesawat yang nyaris tak tertangani lagi itu. Setidaknya pemikiran tentang jawaban untuk itu telah menjadi penghapus kekesalannya dan berhenti membuatnya pesimis. Semangatnya terisi ulang, pagi demi pagi dia lewati untuk memikirkan cara bagaimana menempuh jarak dari Jupiter ke Mars tanpa memakai pesawat apapun.
Di suatu siang, dia memandang angkasa, dan langit galaksi kosong yang telah kehilangan keramaiannya ini. Dia melihat serabut titik-titik yang jauh, namun bentuknya teratur dan berwarna hitam.
Ah, asteroid—paling tidak Bimasakti tidak sepi-sepi benar.
Galeev tersentak. Asteroid.
Asteroid.
Bel di dalam kepalanya berbunyi, dan penerangan aliran pikiran di tengah-tengah otaknya akhirnya melampuhijaukan kembali arus ide yang sempat tersendat.
Dia merasa beruntung dia pernah belajar cara mengubah dan mendaur ulang mesin pesawat rusak dari Ursa.
#
Rotasi Jupiter yang sudah abnormal baginya yang terbiasa di Bumi terasa semakin cepat ketika dia menghabiskan hari-harinya demi mengubah mesin pesawat menjadi drone bertenaga roket yang memiliki pencapit raksasa di ujungnya.
Berterimakasihlah pada Tuhan karena menciptakan asteroid di tengah-tengah Mars dan Jupiter. Kalau dia tidak bisa menjemput Vyda dengan alatnya yang terbatas, setidaknya dia bisa menjumput beberapa asteroid untuk menjadi penyambung mereka.
#
Rangkai, rangkai, rangkai, menjadi satu jembatan.
Rangkai, rangkai, rangkai, menjadi penghubung.
Rangkai, rangkai, rangkai, tersambunglah satu cinta!
#
Galeev berhasil melepaskan sekian ribu asteroid aneka ukuran dari sabuknya, lalu menyusunnya menjadi jalan tol antara Jupiter – Sabuk Asteroid – Mars. Dia menaruh satu yang terujung tepat di atas atmosfer gas Jupiter dan memasang alat penolak gravitasi agar batuan itu tidak bisa jatuh ke dalam planet Jupiter. Dan dia melintasinya tanpa beban maupun hambatan, dengan bermodalkan kebahagiaan dan disertai khayalan tentang dunia baru yang dihuni hanya dengan satu kawan.
Selalu ada buah hikmah yang bisa dipetik setiap kali pohon kemalangan tumbuh di hidupmu, begitu renung Galeev sambil memandangi Achernar di dalam perjalanannya membelah ruang hampa.
#
Baru saja Galeev menyalakan alat pemindai gelombang elektromagnetik—alat untuk mengetahui apakah di sekeliling ada pesawat yang memancarkan gelombang tertentu—untuk mencari keberadaan Vyda di sekeliling Mars, dia sudah dilimpahi keberuntungan.
“Galeev?!”
Galeev tidak peduli walaupun ada supernova di Andromeda sekarang, yang ia pedulikan hanya setitik sinar cerah yang lebih cantik daripada Sirius—yang meskipun bintang itu melipatkgandakan luminositasnya berpuluh kali—dari mata Vyda.
Galeev memeluk gadis itu ketika dia menubrukkan dirinya. Ah, apa arti keindahan konstelasi tercantik kalau begitu, kalau yang ini berkali-kali lebih menyenangkan untuk dinikmati?
Semua terasa indah apalagi ketika Vyda bercerita betapa kesepiannya dia. Semua tetap bertahan sampai satu jam waktu Mars setelahnya—namun selesai ketika Vyda memberikan jawaban tentang apa yang sedang dikerjakannya pada pesawatnya.
“Aku sedang membuat alat anti-gravitasi raksasa, dengan memodifikasi pesawatku dan menggunakan beberapa alat anti-gravitasi kecilku yang tersisa sebagai induknya. Agar aku bisa melepaskan gravitasi Mars dari Matahari, dan membawanya melayang ke Andromeda.”
“Untuk ... apa?”
“Aku ingin menemui Vinou di Andromeda dan merencanakan pernikahan kami.”

Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: