Feminisme
Feminisme
menentang hegemoni dan sistem patriarkt yang mengakar. Namun bukan berarti
sepenuhnya mendukung sistem matriarkat, karena setiap orang punya posisinya
masing-masing. Tanggung jawab lebih dibebankan pada laki-laki (karena dalam
beberapa poin, lelaki memiliki lebih banyak power
daripada perempuan), namun bukan berarti dominansinya mengekang kreatifitas dan
kebebasan perempuan.
Perempuan
berhak memegang prinsip eksistensialisme, dia bebas dan patut menyatakan bahwa
dia tidak bisa dikekang ketika dia akan memilih sesuatu dengan batasan-batasan
yang dia rasa baik untuknya.
Perempuan
bukan objek pemuas desire, tetapi
melambangkan kecerdasan dan pemandang dunia yang memiliki sudut pandang
terhadap dunia yang berbeda dari laki-laki, karena pengalaman domestik, sosial
dan kulturnya. Dunia membutuhkan persepsi yang berbeda sebagai bahan kajian dan
pelajaran, oleh karena itu kreatifitas, kebebasan dan keaktifan perempuan
diperlukan. Agar dunia tidak hanya dilihat dari persepsi sistem patriarkat dan
dominansi serta penilaian sepihak laki-laki terhadap perempuan dan fisiknya
belaka.
Dominansi
perempuan tidak lantas menjadi tujuan utama dengan alat berupa feminisme ini,
namun ini hanya menjadi alat untuk
meminta hak tentang kesetaraan gender dan
keadilan bersama.
Menurut
pandangan penulis, dalam perspektif feminisme, perempuan yang mendedikasikan
hidupnya untuk urusan domestik bukan berarti masih terkungkung di dalam
struktur hegemoni laki-laki, karena bisa jadi faktor kultur, pendidikan, dan
sosialnya mengarahkannya untuk cenderung memilih jalur yang terlihat seperti
tidak bebas. Bisa jadi mengurus anak dan urusan domestik lainnya adalah
keinginannya pribadi untuk menciptakan generasi yang baik dengan pendidikan
internal secara langsung. Yang dia kejar adalah sebuah kebebasan dengan jalan
berbeda.
0 komentar: